Patung dan Aksara Air Mata

Juni 2008 - Kau pandai sekali bermain aksara. Terkadang kau sering menyelinap dibalik kata dan menyembunyikan kesedihanmu pada sederetan kalimat.
Sudah berulang kali aku mencoba untuk mengeja satu persatu huruf yg kau tulis, namun tetap saja tak ku temukan jawabanya.
Apakah aku terlalu bodoh untuk dapat menyibak misteri dari setiap inci helai pena yg kau torehkan?
Sudah kesekian kalinya aku mendapati dirimu tertidur beralaskan setumpuk kertas. Sampai larut malam tanganmu masih saja menari diatasnya, mencoba untuk menuang kembali masa lalu yg telah kau lewati.
Sejujurnya hati ini teriris, ketika memandangi gelinang air matamu yg terus membanjiri paras cantikmu. Seakan-akan aku tak mempunyai daya untuk menyentuh kesedihanmu.
Seandainya waktu itu aku dapat menarikmu keluar dari kebahagiaan semu, mungkin saat ini kita berdua sedang menikmati senja dipantai selatan dengan desiran angin yg mendayu-dayu…
Kini aku mengerti, bahwa senyuman mu masih saja menyimpan luka. Walaupun kau tampak riang, tapi hatimu terus saja menangis.
Katakan…
katakan saja…
semua yg kau rasakan..
Padaku…
Orang yg memendam perasaan begitu dalam..
Yang selalu memperhatikan tiap kejadian yg tanpa kau sadari…
Sampai kapan aku tetap menjadi patung dihadapanmu..?
Purworejo, 14 Agustus 2013

Posted in . Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

Leave a Reply

Search

Copyright (c) 2011 Asisteneptunus .