Dimensi

Agustus 1976 - Dimulai saat aku mengenalmu pada musim semi disebuah taman bertaburkan dedaunan. Langit nampak bercahaya dan kicau burung saling beradu satu sama lain, menciptakan sebuah suara merdu.
Aku begitu terpana, saat pertama kali engkau menyebut namaku. Perlahan namun pasti, tanpa sadar kau telah menciptakan sebuah ingatan yg hingga saat ini masih begitu melekat dan entah sampai kapan terus ada di pikiranku.
Mungkin aku adalah salah satu orang yg begitu bahagia saat aku tau bahwa selama ini kau menyimpan perasaan yg sama. Tanpa sadar aku telah dibawa oleh mu berjalan begitu jauh. Melewati jalan yg berliku, semak belukar, bahkan padang gurun yg gersang. Aku melewati itu semua tepat diatas senyuman yg kita ciptakan bersama. Begitu terasa seakan-akan semua beban hilang dan pergi entah kemana. Karna bersamamu, semua waktu begitu cepat berlalu dan hanya denganmu aku dapat melihat warna-warni kehidupan tepat berada di pelupuk kedua bola mata indahmu.
Beberapa hal sempat aku simpan rapi pada sebuah tempat dimana aku dapat melihatnya kembali, ketika waktu mengajak ku untuk mengingat sedikit apa yg telah kita lalui bersama. Tak banyak yg dapat aku selamatkan, karena sebagian telah sirna bersama dengan roda yg kian berputar pada porosnya.
Apakah kamu masih mengingat sedikit teori, dimana “Jika jarak dan kecepatan mampu menciptakan sebuah gerakan yg dinamis, maka jarak aku dan kamu seharusnya mampu menciptakan sebuah kerinduan yg statis?” Teori itu aku yakini masih ada hingga saat ini. Tepat satu tahun yg lalu, saat pertama kali kita bertemu rasa itu masih tetap ada dan mungkin selamanya tak akan pernah berubah. Terserah apa kata orang mengenai bebera hal yg mereka sebut aku gila. Karna aku memang begitu gila dalam berbagai apapun mengenai semua tentangmu.
Namun kini aku sadar, bahwa waktu beserta molekul lainya tak akan pernah bisa membawamu kembali di pelukanku, di setiap kenangan yg kini telah menjadi puing-puing yg berserakan begitu saja tanpa bisa dipersatukan kembali seperti mulanya.
Setapak yg kian memudar bersama dengan seruling keabadian. Begitu merdu dan terdengar saat udara berbisik perlahan tepat di telinga yg dahulu pernah kau utarakan semua yg kau inginkan padaku.
Cukup sampai disini segala kesedihan yg telah aku susun, sehingga mampu mengubur setiap senyuman manis yg dahulu pernah kau lukiskan diwajahku.
Kini aku yakin, tanpamu aku akan bisa melanjutkan semua mimpi dan keinginan yg sempat tertunda. Dan aku percaya, kita masing-masing akan hidup bahagia tanpa ada nya masa lalu yg menjadi kelambu dalam langkah yg kita jalani..
Selamat jalan masa lalu..
Selamat datang masa depan…
Purworejo, 19 Juli 2013

Posted in . Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

Leave a Reply

Search

Copyright (c) 2011 Asisteneptunus .