Beach, Sea, and You

September 1986 - Pancaran sinar rembulan membangkitkanku dari sebuah masa dimana bintang menyelimuti segala kenangan tepat dibawah pijakan kaki ini. Disinilah pertama kali kita memandang hamparan luas lautan yg nampak kebiruan dan mendengar kicauan burung yg mengantarkan alunan keindahan. Tak sedikitpun hal yg terlewat. Tepat dipelukanku, kau berbisik perlahan dan nafasmu menyeruak hingga mengusik jengahku terhadap dinginya suasana malam. Kau mulai menuntunku pada titik dimana hanya kita berdua saja yg dapat merasakan kehangatan jiwa lewat getaran yg kau hantarkan, perlahan namun pasti tepat menuju hati. Kau biarkan aku sedikit demi sedikit menikmati setiap inci lekuk sukmamu, merambat, dan dapat ku lihat kedua bola matamu nanar bersinar diterpa cahaya bulan. Mungkin hanya sebagian kisah yg dapat aku tulis pada lembaran buku kenangan yg saat ini nampak kusam dimakan oleh waktu. Butiran air mata masih nampak samar terlihat pada setiap lembaran, dimana aku kembali mengisahkan masa indah yg telah kita lukis bersama pada sebidang langit dan luasnya cakrawala.
Tulip yg saat itu pernah kita petik, kini telah aku bungkus dan aku masukan kedalam plastik agar jejak jarimu terjaga dari debu yg hendak memusnahkanya perlahan. Karena bagiku, setiap centimeter hal yg menyangkut dirimu adalah sebuah permata yg begitu berharga dalam hidupku….
"Aku menyebutnya dewi malam.
Saat sepi menyapa sunyi.
Saat dingin mengusik jiwa.
Degup hati begitu nyata.
Pada wajah yg dahulu berseri.
Kini telah tenggelam..
Akan aku kisahkan kembali.
Pada rerumputan yg menari.
Ditengah hamparan bumi.
Pada ujung keindahan raut senyummu.
Kau letakan harapanku.”
Purworejo, 13 Juli 2013

Posted in , . Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

Leave a Reply

Search

Copyright (c) 2011 Asisteneptunus .